Benarkah mahasiswa sekarang lebih
senang duduk tertawa dalam acara tuku bukan empat mata atau ovj dari pada
melakukan aksi ? hmm rasanya jika kenyataan ini benar terjadi cukup
memprihatinkan memang. Dari pada berjibaku membela kepentingan rakyat dengan
cara aksi demo berpeluh keringat dan panas mahasiswa jaman sekarang malah lebih
bangga mempertontonkan jas kebesaran mahasiswanya di depan layar tv sambil
cekikikan ria. Memang tidak salah sepenuhnya sih, namun alangkah lebih baiknya
jika almamater tersebut dipakai untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat
bagi masyarakat diantaranya mengawal jalannya pemerintahan indonesia yang sudah
berpenyakit akut ini. Masalah birokrasi, politik, sosial, dan budaya bangsa ini
sudah terkena penyakit kronis yang dinamak
an korupsi.
Pada realitanya memang tidak
semua mahasiswa di negeri ini peduli akan jalannya pemerintahan atau bahkan
peduli terhadap kebijakan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak negeri
ini yang tergolong masih banyak yang tidak mampu. Ya benar, itu memang alamiah.
Di dalam kelas terdapat klasifikasi berbagai tipe mahasiswa. Ada yang acuh, ada
yang kutu buku, dan ada aktivis sejati. Hal ini lumrah terjadi di setiap kampus
dan ini memang sebuah pilihan bagi mahasiswa itu sendiri.
Kembali lagi ke topik utama
artikel ini yaitu mahasiswa yang semakin hari semakin acuh terhadap nasib
bangsa. Bung karno pernah berkata “berikan aku seratus pemuda maka aku akan
menggoncangkan dunia”. Dari pernyataan tersebut kita bisa memberikan statement
bahwa memang peranan pemuda begitu penting bagi kelangsungan pemerintahan suatu
bangsa. Selain menjadi generasi penerus, mahasiswa juga mendapatkan tugas
sebagai “agent of change”. Mengapa ? kita tengok lah beberapa peristiwa bangsa
ini yang idak lepas dari peranan pemuda-pemuda tangguh ini. Peristiwa sumpah
pemuda 1928, peristiwa rengasdengklok 1945, dan yang masih segar dalam ingatan
kita adalah peristiwa reformasi 1998. Dengan semangat muda berkobar para
mahasiswa ini berhasil menumbangkan pemerintahan presiden soeharto yang
berjalan selama 32 tahun.
Ya dengan aksi kita bisa
menyuarakan aspirasi kepada pihak terkait, lantas kenapa harus pemuda ? kenapa
harus mahasiswa ? ya memang sudah sepantasnya lah mahasiswa menanggung beban
yang berat karena menyandang nama “mahasiswa”. Dengan pemikiran matang dan
kritis, berpendidikan, mempunyai segala aspek yang dibutuhkan oleh bangsa ini
namun masih mempunyai pemikiran yang jujur apa adanya dan bersemangat untuk
membangun negeri ini menjadi negeri yang tangguh. Coba bayangkan ketika saudara
kita para tukang becak, ojeg, pedagang, dll yang melakukan aksi ? mereka
mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga mereka yang harus mereka hidupi,
jalan pemikiran mereka mungkin sudah berbeda dengan mahasiswa yang masih bisa
dengan sekuat tenaga, pikiran, dan sumber daya yang dimiliki mengawal jalannya
pemerintahan.
Dan ya, sesuatu yang tidak bisa
terbantahkan lagi. Kalo bukan mahasiswa
yang melakukan aksi, siapa lagi ? hidup
MAHASISWA !!
No comments:
Post a Comment