Masyarakat indonesia malah menjadi salah satu komunitas fs terbesar di dunia karena saking banyaknya orang indonesia yang hobby surfing di fs.
Seperti pergaulan sehari-hari, pergaulan di dunia maya juga memiliki “tata cara”: bagaimana cara membawakan diri, cara
berkenalan, cara menegaskan identitas, dan sebagainya.
Jika di infotainmen kamu mendengar kasus foto-foto B’jah dan Ratu Felisha yang dipasang di account Friendster kemudian menyebar di dunia maya, jangan dulu menghakimi bahwa Friendster adalah situs yang merugikan sebelum benar-benar mengenalinya. Memang hal-hal buruk selalu mudah menyebar dan biasanya akan mendekam lama dalam ingatan kita. Berkenaan dengan friendster, kamu mungkin juga mendengar hal-hal yang baik tentangnya,
seperti: melalui Friendster kita dengan mudah mempertahankan ikatan dengan teman, menemukan kembali teman-teman lama, atau berkenalan dengan teman-teman baru yang merupakan temannya teman dari teman kita.
Pada tahun 2002, saat Jonathan Abrams menciptakan Friendster, ia memiliki tujuan yang sederhana: meringkus jarak, menjadikan dunia sebagai ruang mungil, dengan membangun jembatan sosial bagi segala aspek kehidupan.
Pendeknya, Friendster adalah ruang gaul. Ia bukan lemari es, tempat kita menyimpan dan membekukan teman-teman agar awet dan tahan lama.
Seperti pergaulan sehari-hari, pergaulan di dunia maya juga memiliki “tata cara”: bagaimana cara membawakan diri, cara berkenalan, cara menegaskan identitas, dan sebagainya.
Saat ini, terdapat lebih dari 24 juta pengguna Friendster (Friendster Maret 2006, red) di seluruh dunia. B’jah dan Ratu Felisha adalah salah satunya. Memang, mereka sama-sama pernah punya pengalaman tidak mengenakkan gara-gara memajang foto pribadi mereka di Friendster. Foto-foto B’jah bermesraan dengan seorang perempuan dan foto-foto Ratu Felisha “berpose nakal” menyebar di dunia maya. Foto B’jah dan Indah, yang kemudian diketahui adalah istri B’jah, berasal dari account milik B’jah di Friendster. Sedangkan foto-foto Ratu Felisha berasal dari halaman account Friendster sepupunya.
Menurut pengakuan Ratu Felishia pada Warta Kota, Rabu (25/01/06) foto-foto tersebut dibuat waktu ia,
sepupunya, dan beberapa temannya lagi seru-seruan di klub Dragonfly.
“Memasang foto, seperti apa pun foto itu, sama halnya dengan kita memberi pengumuman. Kalau benar itu profile B’jah, halaman situsnya dikelola sendiri oleh B’jah, dan foto itu di-upload sendiri olehnya, ia tentu saja memiliki hak untuk memajang apa pun. Tapi, dia sendiri harus siap terhadap risikonya. Dengan memasang foto bermesraan dengan
seorang perempuan, publik akan menerima hal itu sebagai sebuah pengumuman bahwa B’jah sedang dekat dengan
seseorang,” jelas Yayan Sopyan.
Yayan menjelaskan bahwa dari halaman profile-lah orang lain menemukan kita maupun sebaliknya, kita menemukan
orang lain. Di dalam buku Gaul Ala Friendster Untuk Pemula, ia menulis, “halaman profile di Friendster akan jadi
semacam etelase yang menampilkan sosok kita”. Pada halaman tersebut, kita menampilkan data-data pribadi: mulai dari
umur, tempat tinggal, sekolah, hobi, maupun foto. Foto yang dipasang, boleh foto apa saja. Tidak melulu harus pose
kita. Selama, itu mencerminkan diri kita.
Foto adalah sebuah pencitraan dan ia menjadi salah satu cara untuk menampilkan diri. Tetapi bukan satu-satunya. Bisa
dengan tulisan, atau pilihan template. Di sini Friendster memberikan nama untuk setiap pilihan tampilan warna yang
disediakannya: Minty Fresh, Purple Haze, Bad Attitude, dan sebagainya. Jika kamu merasa pilihan template dari
Friendster tidak ada yang mencerminkan dirimu, kamu bebas mengubahnya dengan menyisipkan kode CSS. Di dalam
buku dijelaskan.
Friendster terbaru bahkan memungkinkan kita menampilkan video di halaman profile kita. Misalkan, satu video klip dari
penyanyi atau band kesukaan yang menurut kita mencerminkan siapa diri kita. Tidak ada salahnya jika kita menyisipkan
video itu untuk menyambut siapa saja yang melihat-lihat profile kita, bukan?
Mungkin benar apa yang dikatakan Fred R. Barnard, “sebuah gambar setara dengan seribu kata” sehingga fasilitas album
foto Friendster tetap menjadi favorit penggunanya. Momen-momen menyenangkan, dengan mudah kita bagi ke teman.
Kita pun bisa dengan mudah melihat-lihat album foto dan bertukar foto dengannya. Selain desain album foto maupun
tata letaknya bisa diatur sendiri, kita juga bisa menambahkan caption pada masing-masing foto. Supaya kita selalu ingat,
apa cerita yang ingin disampaikan dalam foto itu dan momennya apa.
Di dalam foto Ratu Felisha yang menyebar di dunia maya, terdapat kalimat: “Generasi Muda Harapan Bangsa
soal ini: “Ketika kita bermain-main di internet, di mana semua data tersimpan dalam bentuk digital, kita harus siap dengan risiko apa pun yang kita publikasikan akan dengan mudah diduplikat oleh orang lain. Diduplikat tanpa cacat atau, diubah
konteksnya.”
Op.cit gaul ala friendster
Seperti pergaulan sehari-hari, pergaulan di dunia maya juga memiliki “tata cara”: bagaimana cara membawakan diri, cara
berkenalan, cara menegaskan identitas, dan sebagainya.
Jika di infotainmen kamu mendengar kasus foto-foto B’jah dan Ratu Felisha yang dipasang di account Friendster kemudian menyebar di dunia maya, jangan dulu menghakimi bahwa Friendster adalah situs yang merugikan sebelum benar-benar mengenalinya. Memang hal-hal buruk selalu mudah menyebar dan biasanya akan mendekam lama dalam ingatan kita. Berkenaan dengan friendster, kamu mungkin juga mendengar hal-hal yang baik tentangnya,
seperti: melalui Friendster kita dengan mudah mempertahankan ikatan dengan teman, menemukan kembali teman-teman lama, atau berkenalan dengan teman-teman baru yang merupakan temannya teman dari teman kita.
Pada tahun 2002, saat Jonathan Abrams menciptakan Friendster, ia memiliki tujuan yang sederhana: meringkus jarak, menjadikan dunia sebagai ruang mungil, dengan membangun jembatan sosial bagi segala aspek kehidupan.
Pendeknya, Friendster adalah ruang gaul. Ia bukan lemari es, tempat kita menyimpan dan membekukan teman-teman agar awet dan tahan lama.
Seperti pergaulan sehari-hari, pergaulan di dunia maya juga memiliki “tata cara”: bagaimana cara membawakan diri, cara berkenalan, cara menegaskan identitas, dan sebagainya.
Saat ini, terdapat lebih dari 24 juta pengguna Friendster (Friendster Maret 2006, red) di seluruh dunia. B’jah dan Ratu Felisha adalah salah satunya. Memang, mereka sama-sama pernah punya pengalaman tidak mengenakkan gara-gara memajang foto pribadi mereka di Friendster. Foto-foto B’jah bermesraan dengan seorang perempuan dan foto-foto Ratu Felisha “berpose nakal” menyebar di dunia maya. Foto B’jah dan Indah, yang kemudian diketahui adalah istri B’jah, berasal dari account milik B’jah di Friendster. Sedangkan foto-foto Ratu Felisha berasal dari halaman account Friendster sepupunya.
Menurut pengakuan Ratu Felishia pada Warta Kota, Rabu (25/01/06) foto-foto tersebut dibuat waktu ia,
sepupunya, dan beberapa temannya lagi seru-seruan di klub Dragonfly.
“Memasang foto, seperti apa pun foto itu, sama halnya dengan kita memberi pengumuman. Kalau benar itu profile B’jah, halaman situsnya dikelola sendiri oleh B’jah, dan foto itu di-upload sendiri olehnya, ia tentu saja memiliki hak untuk memajang apa pun. Tapi, dia sendiri harus siap terhadap risikonya. Dengan memasang foto bermesraan dengan
seorang perempuan, publik akan menerima hal itu sebagai sebuah pengumuman bahwa B’jah sedang dekat dengan
seseorang,” jelas Yayan Sopyan.
Yayan menjelaskan bahwa dari halaman profile-lah orang lain menemukan kita maupun sebaliknya, kita menemukan
orang lain. Di dalam buku Gaul Ala Friendster Untuk Pemula, ia menulis, “halaman profile di Friendster akan jadi
semacam etelase yang menampilkan sosok kita”. Pada halaman tersebut, kita menampilkan data-data pribadi: mulai dari
umur, tempat tinggal, sekolah, hobi, maupun foto. Foto yang dipasang, boleh foto apa saja. Tidak melulu harus pose
kita. Selama, itu mencerminkan diri kita.
Foto adalah sebuah pencitraan dan ia menjadi salah satu cara untuk menampilkan diri. Tetapi bukan satu-satunya. Bisa
dengan tulisan, atau pilihan template. Di sini Friendster memberikan nama untuk setiap pilihan tampilan warna yang
disediakannya: Minty Fresh, Purple Haze, Bad Attitude, dan sebagainya. Jika kamu merasa pilihan template dari
Friendster tidak ada yang mencerminkan dirimu, kamu bebas mengubahnya dengan menyisipkan kode CSS. Di dalam
buku dijelaskan.
Friendster terbaru bahkan memungkinkan kita menampilkan video di halaman profile kita. Misalkan, satu video klip dari
penyanyi atau band kesukaan yang menurut kita mencerminkan siapa diri kita. Tidak ada salahnya jika kita menyisipkan
video itu untuk menyambut siapa saja yang melihat-lihat profile kita, bukan?
Mungkin benar apa yang dikatakan Fred R. Barnard, “sebuah gambar setara dengan seribu kata” sehingga fasilitas album
foto Friendster tetap menjadi favorit penggunanya. Momen-momen menyenangkan, dengan mudah kita bagi ke teman.
Kita pun bisa dengan mudah melihat-lihat album foto dan bertukar foto dengannya. Selain desain album foto maupun
tata letaknya bisa diatur sendiri, kita juga bisa menambahkan caption pada masing-masing foto. Supaya kita selalu ingat,
apa cerita yang ingin disampaikan dalam foto itu dan momennya apa.
Di dalam foto Ratu Felisha yang menyebar di dunia maya, terdapat kalimat: “Generasi Muda Harapan Bangsa
soal ini: “Ketika kita bermain-main di internet, di mana semua data tersimpan dalam bentuk digital, kita harus siap dengan risiko apa pun yang kita publikasikan akan dengan mudah diduplikat oleh orang lain. Diduplikat tanpa cacat atau, diubah
konteksnya.”
Op.cit gaul ala friendster
No comments:
Post a Comment